Kamis, 04 November 2021

Peran UNAIR Menyosialisasikan EBT dalam Kehidupan Kampus

 




Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dilakukan saat ini untuk kebutuhan masyarakat tanpa merugikan anak cucu generasi mendatang. Indikator pembangunan berkelanjutan ada 5 faktor yakni berkelanjutan ekologi, berkelanjutan ekonomi, berkelanjutan sosial budaya, berkelanjutan politik, serta berkelanjutan pertahanan dan keamanan. Saya akan membahas dari sisi berkelanjutan ekologi.


Energi fosil masih menjadi pilihan utama untuk listrik karena harganya yang paling murah di antara alternatif energi lain, relatif mudah ditemukan, dan pengolahan lebih mudah hanya menggunakan pipa khusus yang biasanya dipakai pekerja di lokasi penambangan. Memang batubara energi murah yang bisa menjangkau seluruh lapisan masayarakat. Namun perlu diingat energi fosil punya kekurangan yang berdampak ke lingkungan seperti asap hasil PLTU yang mengandung SO2 dan NOx akan mencemari udara yang biasanya menyebabkan penyakit contohnya kanker paru-paru, stroke, gangguan jantung dan janin belum lagi lubang bekas galian tambang tidak direhabilitasi dan biasanya air bekas tambang mengandung zat berbahaya seperti selenium (Se), mangan (Mn), besi (Fe), arsenik (As), merkuri (Hg), dan timbal (Pb), pemanasan global, dll. Apa hal ini yang akan kita wariskan kepada anak cucu?


Salah satu poin Tri Dharma Perguruan Tinggi ialah pengabdian terhadap masyarakat. Agar tujuan itu tersampaikan maka harus diajarkan kepada generasi masa depan yaitu mahasiswa. Sebab pendidikan hingga di masa mendatang adalah sarana efektif mencerdaskan bangsa melalui mahasiswa. Menurut saya EBT wajib masuk dalam kurikulum perguruan tinggi setidaknya butuh 2 semester untuk mempelajari EBT.


Di sini peran UNAIR sebagai World Class University dibutuhkan. Setidaknya semua fakultas perlu dimasukkan mata kuliah tentang pengenalan EBT. Akan tetapi kurikulum EBT perlu diterapkan secara komprehensif di 3 fakultas yakni fakultas ekonomi dan bisnis, fakultas hukum, serta fakultas sains dan teknologi. Sebagai contoh mahasiswa fakultas ekonomi bisa membuat kajian tentang EBT yang termurah dan hasilnya bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat, mahasiswa fakultas hukum bisa memiliki bayangan untuk membuat undang-undang yang mendukung pengusaha EBT karena UU Minerba dan UU Ciptaker malah mempermudah pengusaha energi fosil, sementara mahasiswa fakultas sains dan teknologi bisa melakukan penelitian tentang EBT.


Poin lain Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah penelitian dan pengembangan. Perkembangan teknologi, inovasi dan solusi kehidupan lahir dari budaya penelitian dan pengembangan. Ironis sekali jika UNAIR tidak melakukan penelitian tentang EBT padahal sumber energinya melimpah ruah di alam negara ini seperti air, matahari, angin, panas bumi, dsb. Contoh sederhananya menurut data yang dirilis Greenpeace Indonesia, kapasitas panel surya di Indonesia paling rendah dibanding negara lain di Asia Tenggara. Masalah ini bisa dijadikan penelitian agar bisa dicarikan solusi supaya pemanfaatan energi matahari untuk sumber listrik bisa lebih maksimal dibanding sebelumnya.


Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan secara terpadu dengan tujuan memerdekakan aspek lahir dan batin manusia. EBT yang bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat adalah kemerdekaan pembangunan berkelanjutan bidang ekologi. Indonesia memiliki potensi besar sumber EBT namun belum optimal. Jika UNAIR sebagai institusi pendidikan ingin menyonsong Indonesia yang adil dan beradab maka cara paling tepat melalui pendidkan dan pelatihan dengan seluruh sumber daya yamg mereka miliki.





Jadi Nasabah Bijak, Lindungi Diri Sendiri dari Kejahatan Siber Perbankan

   Sumber foto : Pexels   Dulu saat akses internet masih terbatas pada tahun 90-an dan belum merajalela seperti sekarang. Saat itu, kita ha...